Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ﻣَﻮْﺕُ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻢِ ﻣُﺼِﻴﺒَﺔٌ ﻻ ﺗُﺠْﺒَﺮُ ، ﻭَﺛُﻠْﻤَﺔٌ ﻻ ﺗُﺴَﺪُّ , ﻭَﻧَﺠْﻢٌ ﻃُﻤِﺲَ ، ﻣَﻮْﺕُ ﻗَﺒِﻴﻠَﺔٍ ﺃَﻳْﺴَﺮُ ﻣِﻦْ ﻣَﻮْﺕِ ﻋَﺎﻟِﻢٍ Artinya: “Meninggalnya ulama adalah musibah yg tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yg tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yg padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’) Rasululloh SAW ﺧُﺬُﻭﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳَﺬْﻫَﺐَ ” ، ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﻳَﺬْﻫَﺐُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢُ ﻳَﺎ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﺇِﻥَّ ﺫَﻫَﺎﺏَ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﺃَﻥْ ﻳَﺬْﻫَﺐَ ﺣَﻤَﻠَﺘُﻪُ Artinya: “Ambillah (Pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi, Sahabat bertanya: Wahai Nabiyulloh, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang) ? ”Rasulullah SAW menjawab, “Perginya ilmu adalah dengan perginya (wafatnya) orang2 yg membawa ilmu (ulama)” (HR Ad-Darimi, At-Thabrani dari Abu Umamah). ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻘﺒﺾ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻧﺘﺰﺍﻋﺎ ﻳﻨﺘﺰﻋﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ، ﻭﻟﻜﻦ ﻳﻘﺒﺾ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﻘﺒﺾ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺣﺘﻰ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﺘﺮﻙ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﺍﺗﺨﺬ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺀﻭﺳﺎ ﺟﻬﺎﻻ ﻓﺴﺌﻠﻮﺍ ﻓﺄﻓﺘﻮﺍ ﺑﻐﻴﺮ ﻋﻠﻢ ﻓﻀﻠﻮﺍ ﻭﺃﺿﻠﻮﺍ Artinya: “Sesungguhnya Alloh tidak mencabut ilmu dari hambanya, tetapi mencabut ilmu dengan mencabut para ulama. Sehingga ketika Alloh tidak menyisakan satu ulama, maka manusia mengangkat pemimpin2 bodoh, mereka ditanya kemudian memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan” (HR al-Bukhari) Semoga bermanfaat. Aamiin
Alhabib Agil bin Mukhsin Alattas ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻋﻘﻴﻞ ﺑﻦ ﻣﺤﺴﻦ ﺍﻟﻌﻄﺎﺱ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
ﻣَﻮْﺕُ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻢِ ﻣُﺼِﻴﺒَﺔٌ ﻻ ﺗُﺠْﺒَﺮُ ، ﻭَﺛُﻠْﻤَﺔٌ ﻻ ﺗُﺴَﺪُّ , ﻭَﻧَﺠْﻢٌ ﻃُﻤِﺲَ ، ﻣَﻮْﺕُ ﻗَﺒِﻴﻠَﺔٍ ﺃَﻳْﺴَﺮُ ﻣِﻦْ ﻣَﻮْﺕِ ﻋَﺎﻟِﻢٍ
Artinya: “Meninggalnya ulama adalah musibah yg tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yg tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yg padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’)
Rasululloh SAW
ﺧُﺬُﻭﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳَﺬْﻫَﺐَ ” ، ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﻳَﺬْﻫَﺐُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢُ ﻳَﺎ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﺇِﻥَّ ﺫَﻫَﺎﺏَ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﺃَﻥْ ﻳَﺬْﻫَﺐَ ﺣَﻤَﻠَﺘُﻪُ
Artinya: “Ambillah (Pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi, Sahabat bertanya: Wahai Nabiyulloh, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang) ?
”Rasulullah SAW menjawab, “Perginya ilmu adalah dengan perginya (wafatnya) orang2 yg membawa ilmu (ulama)” (HR Ad-Darimi, At-Thabrani dari Abu Umamah).
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻘﺒﺾ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻧﺘﺰﺍﻋﺎ ﻳﻨﺘﺰﻋﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ، ﻭﻟﻜﻦ ﻳﻘﺒﺾ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﻘﺒﺾ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺣﺘﻰ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﺘﺮﻙ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﺍﺗﺨﺬ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺀﻭﺳﺎ ﺟﻬﺎﻻ ﻓﺴﺌﻠﻮﺍ ﻓﺄﻓﺘﻮﺍ ﺑﻐﻴﺮ ﻋﻠﻢ ﻓﻀﻠﻮﺍ ﻭﺃﺿﻠﻮﺍ
Artinya: “Sesungguhnya Alloh tidak mencabut ilmu dari hambanya, tetapi mencabut ilmu dengan mencabut para ulama. Sehingga ketika Alloh tidak menyisakan satu ulama, maka manusia mengangkat pemimpin2 bodoh, mereka ditanya kemudian memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan” (HR al-Bukhari)
Semoga bermanfaat. Aamiin
Kami membuat blog ini dengan tujuan mendakwahkan dan memperjuangkan islam, agar kita termasuk orang yang bahagia dunia akhirat.
Mendidik
Meninggalnya ulama adalah musibah yg tak tergantikan

💞 SHALAWAT PENYEMBUH PENYAKIT
💞 SHALAWAT PENYEMBUH PENYAKIT Shalawat ini ijazah dari Habib Soleh Bin Ahmad Al-Aidarus, ini Shalawatnya Al-Faqihil Muqoddam Muhammad Bin Ali Ba'alwi. Sebelumnya baca dulu: YA SALAM 315X Dan ini sholawatnya: 🔸 ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺍَﻟْﻬَﺎﺩِﻱْ ﺇِﻟَﻰ ﻃَﺮِﻳْﻖِ ﺍﻟْﻤِﻠَّﺔْ 🔸 ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺑِﺠَﺎﻫِﻪِ ﺇِﺻْﺮِﻑْ ﻋَﻨِّﻲْ ﻛُﻞَّ ﻣَﺮَﺽٍ ﻭَﺃَﻟَﻢْ ﻭَﻭَﺟَﻊٍ ﻭَﻋِﻠَّﺔْ Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammad Al- Haadi Ila Toriqil Millah Allahumma Shalli Wasallim Alaihi Wa'ala Aalihi Wa Bijaahihi Ishrif 'Annii Kulla Marodlin Wa Alam Wa Waja'in Wa 'Illah 🔹Cara mengamalkannya: -dibaca 7 kali setiap hari pada air dan kemudian diminum. 🔹Shalawat ini pernah dibaca pada penderita jantung dan Alhamdulillah disembuhkan oleh Allah. 🔹 Sebarkanlah shalawat ini siapa tahu banyak yg membutuhkan. Semoga kita dapat cipratan barokahnya sehingga kita dan seluruh keluarga kita dijauhkan dari berbagai penyakit. Semoga Bermanfaat
Alhabib Agil bin Mukhsin Alattas ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻋﻘﻴﻞ ﺑﻦ ﻣﺤﺴﻦ ﺍﻟﻌﻄﺎﺱ
SHALAWAT PENYEMBUH PENYAKIT
Shalawat ini ijazah dari Habib Soleh Bin Ahmad Al-Aidarus, ini Shalawatnya Al-Faqihil Muqoddam Muhammad Bin Ali Ba'alwi.
Sebelumnya baca dulu:
YA SALAM 315X
Dan ini sholawatnya:
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺍَﻟْﻬَﺎﺩِﻱْ ﺇِﻟَﻰ ﻃَﺮِﻳْﻖِ ﺍﻟْﻤِﻠَّﺔْ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺑِﺠَﺎﻫِﻪِ ﺇِﺻْﺮِﻑْ ﻋَﻨِّﻲْ ﻛُﻞَّ ﻣَﺮَﺽٍ ﻭَﺃَﻟَﻢْ ﻭَﻭَﺟَﻊٍ ﻭَﻋِﻠَّﺔْ
Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammad Al- Haadi Ila Toriqil Millah
Allahumma Shalli Wasallim Alaihi Wa'ala Aalihi Wa Bijaahihi Ishrif 'Annii Kulla Marodlin Wa Alam Wa Waja'in Wa 'Illah
Cara mengamalkannya:
-dibaca 7 kali setiap hari pada air dan kemudian diminum.
Shalawat ini pernah dibaca pada penderita jantung dan Alhamdulillah disembuhkan oleh Allah.
Sebarkanlah shalawat ini siapa tahu banyak yg membutuhkan. Semoga kita dapat cipratan barokahnya sehingga kita dan seluruh keluarga kita dijauhkan dari berbagai penyakit.
Semoga Bermanfaat

Kezaliman Dan orang-orang Zalim;
Kezaliman Dan orang-orang Zalim; Sifat Dan Akibatnya. “Kalian akan tahu siapa yang akan mendapat tempat terbaik di akhirat dan sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak akan beruntung.” (QS. al-An’am: 135) Kezaliman adalah kerusakan di dalam fitrah manusia, karena Allah SWT menciptakan fitrah manusia senantiasa cenderung kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. Tapi, karena fitrah dapat menjadi lemah dikarenakan rusaknya pendidikan yang diterima seseorang, hawa nafsu, kepentingan, dan sebab-sebab yang lain, maka manusia tidak jarang menuju ke arah yang tidak benar dan bertentangan dengan fitrah, meskipun fitrah orang ini masih dapat menampakkan diri pada waktu-waktu tertentu. Penyebab seseorang melakukan kezaliman : 1. Merasa ada kekurangan dan kelemahan di dalam diri. Karena orang yang zalim tidak memiliki sifat-sifat yang baik, dan dia mengetahui hal ini, maka dia justru mengkompensasinya dengan melakukan perbuatan zalim. Karena itulah Allah tidak mungkin berbuat zalim, karena Dia Maha sempurna dalam segala aspek dan tidak membutuhkan apa pun. Karena itu, untuk apa Dia berbuat zalim. Di dalam hadits diterangkan, ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻈﻠﻢ ﺍﻟﻀﻌﻴﻒ Yang merasa perlu berbuat zalim hanyalah orang yang lemah. 2. Tidak dapat mengendalikan syahwat. Allah hanya menciptakan yang baik-baik saja. Syahwat Dia berikan kepada manusia demi kebaikan manusia. Cinta pada diri sendiri membuat orang mau memperhatikan dan menjaga dirinya. Cinta pada harta membuat orang mau bekerja untuk memperolehnya. Cinta pada lawan jenis membuat orang dapat menjaga kelangsungan umat manusia. Dst. Tapi, jika syahwat ini melewati batasannya, maka itu karena perbuatan manusia semata-mata dan itu akan menjadi penyebab kesengsaraannya. Orang yang tidak dapat mengendalikan syahwat boleh jadi akan berbuat zalim, merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, menyusahkan orang lain, bahkan membunuh orang lain, karena dia menyangka hal itu akan memuaskan syahwatnya. Allah SWT berfirman: ﻭﺍﺗﺒﻊ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻇﻠﻤﻮﺍ ﻣﺎ ﺃﺗﺮﻓﻮﺍ ﻓﻴﻪ ﻭﻛﺎﻧﻮﺍ ﻣﺠﺮﻣﻴﻦ “Dan orang-orang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan, dan mereka itu adalah orang-orang yang berdosa/pelaku kejahatan.” (Hud: 116) 3. Mempertahankan kekuasaan Cinta pada kekuasaan adalah salah satu nafsu manusia yang paling berbahaya. Orang yang terkena penyakit cinta pada kekuasaan akan berusaha mempertahankan jabatan dan kedudukannya dengan berbagai cara, hingga dengan membunuh, memberangus suara orang lain, dan menelantarkan orang lain sekalipun karena dia menyangka bahwa hal ini akan melanggengkan kursinya. Padahal, keadilanlah yang melanggengkan seseorang pada kedudukan dan jabatannya, dan bukannya kezaliman. Nabi saw bersabda: ﺇﻥ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﻳﺒﻘﻰ ﻣﻊ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻭﻻ ﻳﺒﻘﻰ ﻣﻊ ﺍﻟﻈﻠﻢ “Kekuasaan itu dapat langgeng sekalipun sang penguasa kafir kepada Allah, tapi tidak akan langgeng jika sang penguasa berbuat zalim.” 4. Mental jongos. Maksudnya, seseorang berbuat zalim demi seseorang yang dituankannya. Seseorang yang bermental jongos akan berusaha menjaga kepentingan tuannya agar tetap bertahan sebagai tuan. Dia bersedia melakukan kezaliman dan kejahatan apa pun semata-mata agar tuannya memandang dirinya pantas menjadi jongos sang tuan. Sifat orang zalim Al-Quran menggambarkan secara sempurna sebab-sebab yang mendorong seseorang berbuat zalim di dalam banyak ayat dan memotivasi kita untuk menghindarinya. Secara ringkas sebab-sebab itu sebagai berikut: a. Menentang dan berpaling dari ayat-ayat Allah. ﻭﻣﺎ ﻳﺠﺤﺪ ﺑﺂﻳﺎﺗﻨﺎ ﺇﻻ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ “Hanya orang-orang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.” (al-Ankabut: 49) Allah menyediakan ayat-ayat-Nya sebagai hidayah dan pengarah. Mengingkarinya berarti tidak mengamalkannya. Ini adalah pengantar menuju kezaliman, bahkan kezaliman itu sendiri. b. Melanggar batasan-batasan Allah. Maksudnya, tidak berkomitmen pada jalan yang benar sehingga pada waktu yang sama seseorang menyimpang dari jalan yang lurus dan terjebak di padang kesesatan. Allah SWT berfirman: ﺗﻠﻚ ﺣﺪﻭﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻼ ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ، ﻭﻣﻦ ﻳﺘﻌﺪ ﺣﺪﻭﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺄﻭﻟﺌﻚ ﻫﻢ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ “Itulah batasan-batasan Allah, janganlah kalian melanggarnya. Orang-orang yang melanggar batasan-batasan Allah, mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 223) Mereka menzalimi diri sendiri dengan menempatkan diri mereka dalam hidup yang serba sulit dan serba sempit, juga menzalimi orang lain dengan menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. c. Tidak menjadikan hukum Allah sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Perbedaan poin ini dengan poin sebelumnya, poin terdahulu dilakukan oleh masyarakat secara keseluruhan, sedangkan poin ini dilakukan oleh para penguasa. Kadang kala masyarakat ingin menerapkan ajaran Tuhan, tapi penguasa menghalang-halanginya dengan cara mengaburkan hukum Tuhan dan mengedepankan hukum manusia. Allah SWT berfirman: ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺤﻜﻢ ﺑﻤﺎ ﺃﻧﺰﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺄﻭﻟﺌﻚ ﻫﻢ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ “Orang-orang yang tidak mengambil keputusan dengan berdasarkan kepada hukum Allah, mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah: 45) d. Mengikuti orang-orang kafir. Salah satu sebab terbengkalainya hukum Allah dan terjerumusnya kita di padang kesesatan dan kelemahan adalah membiarkan orang kafir menguasai diri kita. Orang-orang kafir tentu saja ingin menerapkan ideologi yang mereka yakini, yaitu ideologi yang selaras dengan kepentingan dan hawa nafsunya. Karena itu, masyarakat kita melangkah ke arah yang tidak memberi manfaat, tapi justru membahayakan diri sendiri. Allah SWT berfirman: ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﻻ ﺗﺘﺨﺬﻭﺍ ﺁﺑﺎﺋﻜﻢ ﻭﺇﺧﻮﺍﻧﻜﻢ ﺃﻭﻟﻴﺎﺀ ﺇﻥ ﺍﺳﺘﺤﺒﻮﺍ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭﻣﻦ ﻳﺘﻮﻟﻬﻢ ﻣﻨﻜﻢ ﻓﺄﻭﻟﺌﻚ ﻫﻢ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di antara kalian yang menjadikan mereka sebagai pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (at-Taubah: 23) 5. Mengikuti hawa nafsu. Al-Quran telah menjelaskan alasan-alasan seseorang menuruti bisikan hawa nafsunya, yaitu: a. Menipu orang lain demi melindungi kepentingannya. Allah SWT berfirman: ﻭﻣﻦ ﺃﻇﻠﻢ ﻣﻤﻦ ﺍﻓﺘﺮﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﺬﺑﺎً ﻟﻴﻀﻞ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﻐﻴﺮ ﻋﻠﻢ “Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?” (Al-An’am: 144) b. Menghalang-halangi dilaksanakannya ajaran Allah jika bertentangan dengan kepentingannya. Allah SWT berfirman: ﻭﻣﻦ ﺃﻇﻠﻢ ﻣﻤﻦ ﻣﻨﻊ ﻣﺴﺎﺟﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺬﻛﺮ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﺳﻤﻪ “Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencegah disebutnya nama Allah di masjid-masjid?” (al-Baqarah: 114) c. Membelot dari kebenaran dan tidak mendukungnya. Allah SWT berfirman: ﻭﻣﻦ ﺃﻇﻠﻢ ﻣﻤﻦ ﻛﺘﻢ ﺷﻬﺎﺩﺓ ﻋﻨﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ “Siapakah orang yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” (al-Baqarah: 140) Bolehkah tunduk kepada kezaliman? Islam melarang ketundukan kepada kezaliman. Allah SWT berfirman: ﻭﻻ ﺗﺮﻛﻨﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻇﻠﻤﻮﺍ ﻓﺘﻤﺴﻜﻢ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﻣﺎ ﻟﻜﻢ ﻣﻦ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺃﻭﻟﻴﺎﺀ ﺛﻢ ﻻ ﺗﻨﺼﺮﻭﻥ “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai penolong seorang pun selain Allah sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan.” (Hud: 113) Ketundukan kepada orang-orang zalim akan berakibat : 1. Memperkuat mereka dan meluaskan kezaliman. Karena itu, jika ada hakim syariat, maka seseorang tidak boleh mendatangi hakim yang zalim untuk mendapatkan haknya. Di dalam hadits disebutkan: ﺍﻟﺘﺤﺎﻛﻢ ﺍﻟﻴﻬﻢ ﺗﺤﺎﻛﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻄﺎﻏﻮﺕ “Meminta putusan kepada mereka sama dengan meminta putusan kepada thaghut.” 2. Mempengaruhi budaya masyarakat, menghilangkan kejelekan dari kezaliman, dan membuat orang menyenanginya. Sebab, manusia biasanya menghindari sesuatu yang jelek untuk menjaga nama baik mereka. Tapi, jika sesuatu sudah tidak dianggap jelek atau sudah disenangi oleh banyak orang, maka mereka akan melakukannya. Begitu juga hal-hal yang diharamkan Allah. Jika itu dianggap jelek oleh suatu masyarakat, maka masyarakat itu akan menghindarinya. Tapi, keharaman itu jika sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa, disenangi, maka orang-orang yang lemah imannya akan mengerjakannya. Akibatnya, keharaman itu semakin tersebar. Karena itu, Islam tidak hanya melarang penyebaran perbuatan yang keji, tapi juga segala hal yang mengantarkan kepadanya. Bahkan, para fuqaha berpendapat bahwa mengakui dosa atau menyebutkan kemaksiatan yang kita lakukan kepada orang lain termasuk keharaman karena termasuk menyebarkan kekejian dan mematahkan benteng mental antara orang-orang dengan maksiat. Demikian juga ketundukan kepada orang yang zalim, ini menyebabkan hilangnya kejelekan dari kezaliman itu. Oleh karena itu, Islam memotivasi penganutnya untuk melawan kezaliman dan tidak takut kepada orang-orang zalim. Allah SWT berfirman: ﺇﻻ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻇﻠﻤﻮﺍ ﻣﻨﻬﻢ ﻓﻼ ﺗﺨﺸﻮﻫﻢ ﻭﺍﺧﺸﻮﻧﻲ “Janganlah kalian takut kepada orang-orang zalim dan takutlah kalian kepada-Ku.” (al-Baqarah: 150) Islam memerintahkan umatnya untuk mengungkap kezaliman dan menentangnya secara terang-terangan. Ini akan membuat kezaliman itu tetap jelek dan tidak tersebar, bahkan mungkin dapat menghentikan kezaliman orang itu. Allah mewajibkan saling menolong dalam melawan kezaliman. Allah SWT berfirman: ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺇﺫﺍ ﺃﺻﺎﺑﻬﻢ ﺍﻟﺒﻐﻲ ﻫﻢ ﻳﻨﺘﺼﺮﻭﻥ “Jika mereka tertimpa kezaliman, mereka meminta tolong.” (asy-Syura: 39) Artinya, memberi pertolongan adalah kewajiban. Jika tidak, maka perintah meminta tolong ini menjadi sia-sia. Membela orang-orang zalim jelas merupakan perbuatan yang haram. Allah SWT berfirman: ﻗﺎﻝ ﺭﺏ ﺑﻤﺎ ﺍﻧﻌﻤﺖ ﻋﻠﻲّ ﻓﻠﻦ ﺃﻛﻮﻥ ﻇﻬﻴﺮﺍً ﻟﻠﻤﺠﺮﻣﻴﻦ “Dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, karena nikmat-Mu kepadaku, maka aku tidak akan menjadi pembela para pelaku kejahatan.” (al-Qashash: 17) Akibat dari kezaliman Akibat dari kezaliman adalah kejelekan baik di dunia maupun di akhirat. 1. Pada akhirnya, setiap kezaliman seseorang pada orang lain akan menimpa dirinya sendiri. Sebab, kezaliman dilakukan seseorang pertama-tama ketika orang itu mengingkari daya-daya kebaikan di dalam dirinya. Selain itu, jika kezaliman sudah menyebar di masyarakat, maka kezaliman itu akan mencakup pelaku kezaliman itu sendiri. Ini seperti orang yang mengajarkan kebohongan kepada orang lain, maka pada suatu hari orang itu akan berbohong juga pada dirinya. Jadi, kezaliman pada orang lain itu pada hakikatnya adalah kezaliman pada diri sendiri. Karena itu, banyak sekali ayat al-Quran yang melarang kita menzalimi diri sendiri, seperti: ﻭﻣﻦ ﻳﻔﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﻓﻘﺪ ﻇﻠﻢ ﻧﻔﺴﻪ “Orang yang melakukan hal itu, dia telah menzalimi dirinya sendiri.” (al-Baqarah: 231) ﻭﻣﻦ ﻳﺘﻌﺪ ﺣﺪﻭﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻘﺪ ﻇﻠﻢ ﻧﻔﺴﻪ “Orang yang melanggar batasan-batasan Allah, dia telah menzalimi dirinya sendiri.” (ath-Thalaq: 1) ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﻇﻠﻤﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺆﻻﺀ ﺳﻴﺼﻴﺒﻬﻢ ﺳﻴﺌﺎﺕ ﻣﺎ ﻛﺴﺒﻮﺍ “Orang-orang zalim akan terkena akibat buruk dari perbuatan mereka sendiri.” (az-Zumar: 51) ﻓﺄﺻﺎﺑﻬﻢ ﺳﻴﺌﺎﺕ ﻣﺎ ﻋﻤﻠﻮﺍ ﻭﺣﺎﻕ ﺑﻬﻢ ﻣﺎ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺑﻪ ﻳﺴﺘﻬﺰﺋﻮﻥ “Mereka akan tertimpa akibat dari perbuatan mereka sendiri dan merelak akan diliputi oleh azab yang dulu selalu mereka perolok-olokkan.” (an-Nahl: 34) 2. Hidup dalam kesesatan dan jauh dari hidayah Orang zalim, karena tidak mau disebut sebagai orang zalim, akan menjustifikasi perbuatannya dengan berbagai dalih dan alasan. Dia akan semakin jauh tersesat demi membela diri. Orang yang sekali berbohong, akan berbohong lagi dan lagi untuk menutupi kebohongannya. Orang yang sekali berbuat zalim, tidak akan segan melakukan kezaliman berikutnya demi kezaliman yang pertama itu. Orang itu semakin sulit menerima kebenaran, tidak dapat mengambil manfaat dari hidayah Allah, tidak dapat mengambil manfaat dari ajaran agama, serta nasihat dan petuah orang lain. 3. Kebinasaan. Allah SWT berfirman: ﻫﻞ ﻳﻬﻠﻚ ﺇﻻ ﺍﻟﻘﻮﻡ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ “Tidak akan dibinasakan kecuali orang-orang zalim.” (al-An’am: 47) ﻭﻣﺎ ﻛﻨﺎ ﻣﻬﻠﻜﻲ ﺍﻟﻘﺮﻯ ﺇﻻ ﻭﺃﻫﻠﻬﺎ ﻇﺎﻟﻤﻮﻥ “Kami tidak akan menghancurkan suatu kaum, kecuali mereka dalam keadaan zalim.” (al-Qashash: 59) 4. Azab di akhirat Allah SWT berfirman: ﻭﻟﻮ ﺗﺮﻯ ﺇﺫﺍ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ ﻣﻮﻗﻮﻓﻮﻥ ﻋﻨﺪ ﺭﺑﻬﻢ ﻳﺮﺟﻊ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺳﺘﻀﻌﻔﻮﺍ ﻟﻠﺬﻳﻦ ﺍﺳﺘﻜﺒﺮﻭﺍ ﻟﻮﻻ ﺃﻧﺘﻢ ﻟﻜﻨﺎ ﻣﺆﻣﻨﻴﻦ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺳﺘﻜﺒﺮﻭﺍ ﻟﻠﺬﻳﻦ ﺍﺳﺘﻀﻌﻔﻮﺍ ﺃﻧﺤﻦ ﺻﺪﺩﻧﺎﻛﻢ ﻋﻦ ﺍﻟﻬﺪﻯ ﺑﻌﺪ ﺇﺫ ﺟﺎﺋﻜﻢ ﺑﻞ ﻛﻨﺘﻢ ﻣﺠﺮﻣﻴﻦ “Dan (alangkah mengerikan) jika engkau melihat ketika orang-orang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain. Orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, ‘Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang beriman.’ Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, ‘Kamikah yang telah menghalangimu untuk memperoleh petunjuk setelah petunjuk itu datang kepadamu? Tidak. Sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berbuat dosa.’” (Saba: 31-32) Terjemahan dari azh-Zhulm wa azh-Zhalimun al-Ma’ayir wa al-‘Awaqib, Sayyid Muhammad bjn alawi almaliki
Alhabib Agil bin Mukhsin Alattas ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻋﻘﻴﻞ ﺑﻦ ﻣﺤﺴﻦ ﺍﻟﻌﻄﺎﺱ
Kezaliman Dan orang-orang Zalim; Sifat Dan Akibatnya.
“Kalian akan tahu siapa yang akan mendapat tempat terbaik di akhirat dan sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak akan beruntung.” (QS. al-An’am: 135)
Kezaliman adalah kerusakan di dalam fitrah manusia, karena Allah SWT menciptakan fitrah manusia senantiasa cenderung kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. Tapi, karena fitrah dapat menjadi lemah dikarenakan rusaknya pendidikan yang diterima seseorang, hawa nafsu, kepentingan, dan sebab-sebab yang lain, maka manusia tidak jarang menuju ke arah yang tidak benar dan bertentangan dengan fitrah, meskipun fitrah orang ini masih dapat menampakkan diri pada waktu-waktu tertentu.
Penyebab seseorang melakukan kezaliman :
1. Merasa ada kekurangan dan kelemahan di dalam diri.
Karena orang yang zalim tidak memiliki sifat-sifat yang baik, dan dia mengetahui hal ini, maka dia justru mengkompensasinya dengan melakukan perbuatan zalim. Karena itulah Allah tidak mungkin berbuat zalim, karena Dia Maha sempurna dalam segala aspek dan tidak membutuhkan apa pun. Karena itu, untuk apa Dia berbuat zalim.
Di dalam hadits diterangkan,
ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻈﻠﻢ ﺍﻟﻀﻌﻴﻒ
Yang merasa perlu berbuat zalim hanyalah orang yang lemah.
2. Tidak dapat mengendalikan syahwat.
Allah hanya menciptakan yang baik-baik saja. Syahwat Dia berikan kepada manusia demi kebaikan manusia. Cinta pada diri sendiri membuat orang mau memperhatikan dan menjaga dirinya. Cinta pada harta membuat orang mau bekerja untuk memperolehnya. Cinta pada lawan jenis membuat orang dapat menjaga kelangsungan umat manusia. Dst.
Tapi, jika syahwat ini melewati batasannya, maka itu karena perbuatan manusia semata-mata dan itu akan menjadi penyebab kesengsaraannya. Orang yang tidak dapat mengendalikan syahwat boleh jadi akan berbuat zalim, merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, menyusahkan orang lain, bahkan membunuh orang lain, karena dia menyangka hal itu akan memuaskan syahwatnya.
Allah SWT berfirman:
ﻭﺍﺗﺒﻊ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻇﻠﻤﻮﺍ ﻣﺎ ﺃﺗﺮﻓﻮﺍ ﻓﻴﻪ ﻭﻛﺎﻧﻮﺍ ﻣﺠﺮﻣﻴﻦ
“Dan orang-orang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan, dan mereka itu adalah orang-orang yang berdosa/pelaku kejahatan.” (Hud: 116)
3. Mempertahankan kekuasaan
Cinta pada kekuasaan adalah salah satu nafsu manusia yang paling berbahaya. Orang yang terkena penyakit cinta pada kekuasaan akan berusaha mempertahankan jabatan dan kedudukannya dengan berbagai cara, hingga dengan membunuh, memberangus suara orang lain, dan menelantarkan orang lain sekalipun karena dia menyangka bahwa hal ini akan melanggengkan kursinya. Padahal, keadilanlah yang melanggengkan seseorang pada kedudukan dan jabatannya, dan bukannya kezaliman.
Nabi saw bersabda:
ﺇﻥ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﻳﺒﻘﻰ ﻣﻊ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻭﻻ ﻳﺒﻘﻰ ﻣﻊ ﺍﻟﻈﻠﻢ
“Kekuasaan itu dapat langgeng sekalipun sang penguasa kafir kepada Allah, tapi tidak akan langgeng jika sang penguasa berbuat zalim.”
4. Mental jongos.
Maksudnya, seseorang berbuat zalim demi seseorang yang dituankannya. Seseorang yang bermental jongos akan berusaha menjaga kepentingan tuannya agar tetap bertahan sebagai tuan. Dia bersedia melakukan kezaliman dan kejahatan apa pun semata-mata agar tuannya memandang dirinya pantas menjadi jongos sang tuan.
Sifat orang zalim
Al-Quran menggambarkan secara sempurna sebab-sebab yang mendorong seseorang berbuat zalim di dalam banyak ayat dan memotivasi kita untuk menghindarinya. Secara ringkas sebab-sebab itu sebagai berikut:
a. Menentang dan berpaling dari ayat-ayat Allah.
ﻭﻣﺎ ﻳﺠﺤﺪ ﺑﺂﻳﺎﺗﻨﺎ ﺇﻻ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ
“Hanya orang-orang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.” (al-Ankabut: 49)
Allah menyediakan ayat-ayat-Nya sebagai hidayah dan pengarah. Mengingkarinya berarti tidak mengamalkannya. Ini adalah pengantar menuju kezaliman, bahkan kezaliman itu sendiri.
b. Melanggar batasan-batasan Allah.
Maksudnya, tidak berkomitmen pada jalan yang benar sehingga pada waktu yang sama seseorang menyimpang dari jalan yang lurus dan terjebak di padang kesesatan.
Allah SWT berfirman:
ﺗﻠﻚ ﺣﺪﻭﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻼ ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ، ﻭﻣﻦ ﻳﺘﻌﺪ ﺣﺪﻭﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺄﻭﻟﺌﻚ ﻫﻢ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ
“Itulah batasan-batasan Allah, janganlah kalian melanggarnya. Orang-orang yang melanggar batasan-batasan Allah, mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 223)
Mereka menzalimi diri sendiri dengan menempatkan diri mereka dalam hidup yang serba sulit dan serba sempit, juga menzalimi orang lain dengan menimbulkan berbagai masalah di masyarakat.
c. Tidak menjadikan hukum Allah sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
Perbedaan poin ini dengan poin sebelumnya, poin terdahulu dilakukan oleh masyarakat secara keseluruhan, sedangkan poin ini dilakukan oleh para penguasa. Kadang kala masyarakat ingin menerapkan ajaran Tuhan, tapi penguasa menghalang-halanginya dengan cara mengaburkan hukum Tuhan dan mengedepankan hukum manusia.
Allah SWT berfirman:
ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺤﻜﻢ ﺑﻤﺎ ﺃﻧﺰﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺄﻭﻟﺌﻚ ﻫﻢ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ
“Orang-orang yang tidak mengambil keputusan dengan berdasarkan kepada hukum Allah, mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah: 45)
d. Mengikuti orang-orang kafir.
Salah satu sebab terbengkalainya hukum Allah dan terjerumusnya kita di padang kesesatan dan kelemahan adalah membiarkan orang kafir menguasai diri kita. Orang-orang kafir tentu saja ingin menerapkan ideologi yang mereka yakini, yaitu ideologi yang selaras dengan kepentingan dan hawa nafsunya. Karena itu, masyarakat kita melangkah ke arah yang tidak memberi manfaat, tapi justru membahayakan diri sendiri.
Allah SWT berfirman:
ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﻻ ﺗﺘﺨﺬﻭﺍ ﺁﺑﺎﺋﻜﻢ ﻭﺇﺧﻮﺍﻧﻜﻢ ﺃﻭﻟﻴﺎﺀ ﺇﻥ ﺍﺳﺘﺤﺒﻮﺍ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭﻣﻦ ﻳﺘﻮﻟﻬﻢ ﻣﻨﻜﻢ ﻓﺄﻭﻟﺌﻚ ﻫﻢ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di antara kalian yang menjadikan mereka sebagai pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (at-Taubah: 23)
5. Mengikuti hawa nafsu.
Al-Quran telah menjelaskan alasan-alasan seseorang menuruti bisikan hawa nafsunya, yaitu:
a. Menipu orang lain demi melindungi kepentingannya.
Allah SWT berfirman:
ﻭﻣﻦ ﺃﻇﻠﻢ ﻣﻤﻦ ﺍﻓﺘﺮﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﺬﺑﺎً ﻟﻴﻀﻞ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﻐﻴﺮ ﻋﻠﻢ
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?” (Al-An’am: 144)
b. Menghalang-halangi dilaksanakannya ajaran Allah jika bertentangan dengan kepentingannya.
Allah SWT berfirman:
ﻭﻣﻦ ﺃﻇﻠﻢ ﻣﻤﻦ ﻣﻨﻊ ﻣﺴﺎﺟﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺬﻛﺮ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﺳﻤﻪ
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencegah disebutnya nama Allah di masjid-masjid?” (al-Baqarah: 114)
c. Membelot dari kebenaran dan tidak mendukungnya.
Allah SWT berfirman:
ﻭﻣﻦ ﺃﻇﻠﻢ ﻣﻤﻦ ﻛﺘﻢ ﺷﻬﺎﺩﺓ ﻋﻨﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ
“Siapakah orang yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” (al-Baqarah: 140)
Bolehkah tunduk kepada kezaliman?
Islam melarang ketundukan kepada kezaliman.
Allah SWT berfirman:
ﻭﻻ ﺗﺮﻛﻨﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻇﻠﻤﻮﺍ ﻓﺘﻤﺴﻜﻢ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﻣﺎ ﻟﻜﻢ ﻣﻦ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺃﻭﻟﻴﺎﺀ ﺛﻢ ﻻ ﺗﻨﺼﺮﻭﻥ
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai penolong seorang pun selain Allah sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan.” (Hud: 113)
Ketundukan kepada orang-orang zalim akan berakibat :
1. Memperkuat mereka dan meluaskan kezaliman.
Karena itu, jika ada hakim syariat, maka seseorang tidak boleh mendatangi hakim yang zalim untuk mendapatkan haknya.
Di dalam hadits disebutkan:
ﺍﻟﺘﺤﺎﻛﻢ ﺍﻟﻴﻬﻢ ﺗﺤﺎﻛﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻄﺎﻏﻮﺕ
“Meminta putusan kepada mereka sama dengan meminta putusan kepada thaghut.”
2. Mempengaruhi budaya masyarakat, menghilangkan kejelekan dari kezaliman, dan membuat orang menyenanginya. Sebab, manusia biasanya menghindari sesuatu yang jelek untuk menjaga nama baik mereka. Tapi, jika sesuatu sudah tidak dianggap jelek atau sudah disenangi oleh banyak orang, maka mereka akan melakukannya. Begitu juga hal-hal yang diharamkan Allah. Jika itu dianggap jelek oleh suatu masyarakat, maka masyarakat itu akan menghindarinya. Tapi, keharaman itu jika sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa, disenangi, maka orang-orang yang lemah imannya akan mengerjakannya. Akibatnya, keharaman itu semakin tersebar. Karena itu, Islam tidak hanya melarang penyebaran perbuatan yang keji, tapi juga segala hal yang mengantarkan kepadanya. Bahkan, para fuqaha berpendapat bahwa mengakui dosa atau menyebutkan kemaksiatan yang kita lakukan kepada orang lain termasuk keharaman karena termasuk menyebarkan kekejian dan mematahkan benteng mental antara orang-orang dengan maksiat. Demikian juga ketundukan kepada orang yang zalim, ini menyebabkan hilangnya kejelekan dari kezaliman itu.
Oleh karena itu, Islam memotivasi penganutnya untuk melawan kezaliman dan tidak takut kepada orang-orang zalim.
Allah SWT berfirman:
ﺇﻻ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻇﻠﻤﻮﺍ ﻣﻨﻬﻢ ﻓﻼ ﺗﺨﺸﻮﻫﻢ ﻭﺍﺧﺸﻮﻧﻲ
“Janganlah kalian takut kepada orang-orang zalim dan takutlah kalian kepada-Ku.” (al-Baqarah: 150)
Islam memerintahkan umatnya untuk mengungkap kezaliman dan menentangnya secara terang-terangan. Ini akan membuat kezaliman itu tetap jelek dan tidak tersebar, bahkan mungkin dapat menghentikan kezaliman orang itu. Allah mewajibkan saling menolong dalam melawan kezaliman.
Allah SWT berfirman:
ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺇﺫﺍ ﺃﺻﺎﺑﻬﻢ ﺍﻟﺒﻐﻲ ﻫﻢ ﻳﻨﺘﺼﺮﻭﻥ
“Jika mereka tertimpa kezaliman, mereka meminta tolong.” (asy-Syura: 39)
Artinya, memberi pertolongan adalah kewajiban. Jika tidak, maka perintah meminta tolong ini menjadi sia-sia.
Membela orang-orang zalim jelas merupakan perbuatan yang haram.
Allah SWT berfirman:
ﻗﺎﻝ ﺭﺏ ﺑﻤﺎ ﺍﻧﻌﻤﺖ ﻋﻠﻲّ ﻓﻠﻦ ﺃﻛﻮﻥ ﻇﻬﻴﺮﺍً ﻟﻠﻤﺠﺮﻣﻴﻦ
“Dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, karena nikmat-Mu kepadaku, maka aku tidak akan menjadi pembela para pelaku kejahatan.” (al-Qashash: 17)
Akibat dari kezaliman
Akibat dari kezaliman adalah kejelekan baik di dunia maupun di akhirat.
1. Pada akhirnya, setiap kezaliman seseorang pada orang lain akan menimpa dirinya sendiri.
Sebab, kezaliman dilakukan seseorang pertama-tama ketika orang itu mengingkari daya-daya kebaikan di dalam dirinya. Selain itu, jika kezaliman sudah menyebar di masyarakat, maka kezaliman itu akan mencakup pelaku kezaliman itu sendiri. Ini seperti orang yang mengajarkan kebohongan kepada orang lain, maka pada suatu hari orang itu akan berbohong juga pada dirinya. Jadi, kezaliman pada orang lain itu pada hakikatnya adalah kezaliman pada diri sendiri. Karena itu, banyak sekali ayat al-Quran yang melarang kita menzalimi diri sendiri, seperti:
ﻭﻣﻦ ﻳﻔﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﻓﻘﺪ ﻇﻠﻢ ﻧﻔﺴﻪ
“Orang yang melakukan hal itu, dia telah menzalimi dirinya sendiri.” (al-Baqarah: 231)
ﻭﻣﻦ ﻳﺘﻌﺪ ﺣﺪﻭﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻘﺪ ﻇﻠﻢ ﻧﻔﺴﻪ
“Orang yang melanggar batasan-batasan Allah, dia telah menzalimi dirinya sendiri.” (ath-Thalaq: 1)
ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﻇﻠﻤﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺆﻻﺀ ﺳﻴﺼﻴﺒﻬﻢ ﺳﻴﺌﺎﺕ ﻣﺎ ﻛﺴﺒﻮﺍ
“Orang-orang zalim akan terkena akibat buruk dari perbuatan mereka sendiri.” (az-Zumar: 51)
ﻓﺄﺻﺎﺑﻬﻢ ﺳﻴﺌﺎﺕ ﻣﺎ ﻋﻤﻠﻮﺍ ﻭﺣﺎﻕ ﺑﻬﻢ ﻣﺎ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺑﻪ ﻳﺴﺘﻬﺰﺋﻮﻥ
“Mereka akan tertimpa akibat dari perbuatan mereka sendiri dan merelak akan diliputi oleh azab yang dulu selalu mereka perolok-olokkan
.” (an-Nahl: 34)
2. Hidup dalam kesesatan dan jauh dari hidayah
Orang zalim, karena tidak mau disebut sebagai orang zalim, akan menjustifikasi perbuatannya dengan berbagai dalih dan alasan. Dia akan semakin jauh tersesat demi membela diri. Orang yang sekali berbohong, akan berbohong lagi dan lagi untuk menutupi kebohongannya. Orang yang sekali berbuat zalim, tidak akan segan melakukan kezaliman berikutnya demi kezaliman yang pertama itu. Orang itu semakin sulit menerima kebenaran, tidak dapat mengambil manfaat dari hidayah Allah, tidak dapat mengambil manfaat dari ajaran agama, serta nasihat dan petuah orang lain.
3. Kebinasaan.
Allah SWT berfirman:
ﻫﻞ ﻳﻬﻠﻚ ﺇﻻ ﺍﻟﻘﻮﻡ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ
“Tidak akan dibinasakan kecuali orang-orang zalim.” (al-An’am: 47)
ﻭﻣﺎ ﻛﻨﺎ ﻣﻬﻠﻜﻲ ﺍﻟﻘﺮﻯ ﺇﻻ ﻭﺃﻫﻠﻬﺎ ﻇﺎﻟﻤﻮﻥ
“Kami tidak akan menghancurkan suatu kaum, kecuali mereka dalam keadaan zalim.” (al-Qashash: 59)
4. Azab di akhirat
Allah SWT berfirman:
ﻭﻟﻮ ﺗﺮﻯ ﺇﺫﺍ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ ﻣﻮﻗﻮﻓﻮﻥ ﻋﻨﺪ ﺭﺑﻬﻢ ﻳﺮﺟﻊ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺳﺘﻀﻌﻔﻮﺍ ﻟﻠﺬﻳﻦ ﺍﺳﺘﻜﺒﺮﻭﺍ ﻟﻮﻻ ﺃﻧﺘﻢ ﻟﻜﻨﺎ ﻣﺆﻣﻨﻴﻦ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺳﺘﻜﺒﺮﻭﺍ ﻟﻠﺬﻳﻦ ﺍﺳﺘﻀﻌﻔﻮﺍ ﺃﻧﺤﻦ ﺻﺪﺩﻧﺎﻛﻢ ﻋﻦ ﺍﻟﻬﺪﻯ ﺑﻌﺪ ﺇﺫ ﺟﺎﺋﻜﻢ ﺑﻞ ﻛﻨﺘﻢ ﻣﺠﺮﻣﻴﻦ
“Dan (alangkah mengerikan) jika engkau melihat ketika orang-orang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain. Orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, ‘Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang beriman.’ Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, ‘Kamikah yang telah menghalangimu untuk memperoleh petunjuk setelah petunjuk itu datang kepadamu? Tidak. Sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berbuat dosa.’” (Saba: 31-32)
Terjemahan dari azh-Zhulm wa azh-Zhalimun al-Ma’ayir wa al-‘Awaqib, Sayyid Muhammad bjn alawi almaliki

*Wasiat dan Ijazah Alhabib Zein Bin Sumaith*
*Wasiat dan Ijazah Alhabib Zein Bin Sumaith* _hafidzahulloh ta'ala_ untuk zaman sekarang, di baca setiap hari dengan istiqomah , dengan niat keluar dari kesempitan, diangkat kesusahan, bala bencana, kegundahan dan segala musibah, serta di qabulkan segala hajat. *1. Membaca :* ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ ﻭَﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇﻻَّ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪ ﺍﻟﻌَﻠِﻲِّ ﺍﻟﻌَﻈِﻴﻢِ ﻟَﺎ ﻣَﻠْﺠَﺄَ ﻭﻟَﺎ ﻣَﻨْﺠَﻰ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ 100 x "Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang maha Tinggi dan maha Agung, tiada perlindungan dan pertolongan dari (siksa ) Allah kecuali hanya kepada-Nya" *2. Membaca :* *ayat ﺍَﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻗَﺪْ ﺟَﻤَﻌُﻮﺍ ﻟَﻜُﻢْ ﻓَﺎﺧْﺸَﻮْﻫُﻢْ ﻓَﺰَﺍﺩَﻫُﻢْ ﺇِﻳﻤَﺎﻧًﺎ ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻮَﻛِﻴﻞ Dengan mengulangi ﺣﺴﺒﻨﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﻌﻢ ﺍﻟﻮﻛﻴﻞ sebanyak 70 x atau 450 ketika sangat susahnya masalah) *kemudian baca ayat ﻓَﺎﻧﻘَﻠَﺒُﻮﺍ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺔٍ ﻣِّﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻓَﻀْﻞٍ ﻟَّﻢْ ﻳَﻤْﺴَﺴْﻬُﻢْ ﺳُﻮﺀٌ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﺍ ﺭِﺿْﻮَﺍﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ۗ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺫُﻭ ﻓَﻀْﻞٍ ﻋَﻈِﻴﻢٍ 3* . Membaca ayat :* ﻭَﺫَﺍ ﺍﻟﻨُّﻮﻥِ ﺇِﺫْ ﺫَّﻫَﺐَ ﻣُﻐَﺎﺿِﺒًﺎ ﻓَﻈَﻦَّ ﺃَﻥْ ﻟَّﻦْ ﻧَّﻘْﺪِﺭَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓَﻨَﺎﺩَﻯٰ ﻓِﻲ ﺍﻟﻈُّﻠُﻤَﺎﺕِ ﺃَﻥ ﻟَّﺎ ﺇِﻟَٰﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧﺖَ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺇِﻧِّﻲ ﻛُﻨﺖُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ (Ulangi bacaan ﻟَّﺎ ﺇِﻟَٰﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧﺖَ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺇِﻧِّﻲ ﻛُﻨﺖُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ sebanyak 40x) *4. Baca dzikir ini sebanyak-banyaknya.* Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Ibn Abbas Ra, bahwasanya Rasululloh Saw membaca dzikir ini ketika dalam kesusahan : ﻻَ ﺇِﻟٰﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍْﻟَﻌَﻈِﻴﻢُ ﺍﻟْﺤَﻠِﻴﻢُ ﻻَ ﺇِﻟٰﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺭَﺏُّ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴﻢِ ﻻَ ﺇِﻟٰﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺭَﺏُّ ﺍﻟﺴَّﻤٰﻮَﺍﺕِ ﺍﻟﺴَّﺒْﻊِ ﻭَﺭَﺏُّ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﻭَﺭَﺏُّ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳﻢِ Bacalah sebanyak banyaknya! # Mohon dishare..
Alhabib Agil bin Mukhsin Alattas ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻋﻘﻴﻞ ﺑﻦ ﻣﺤﺴﻦ ﺍﻟﻌﻄﺎﺱ
*Wasiat dan Ijazah Alhabib Zein Bin Sumaith* _hafidzahulloh ta'ala_ untuk zaman sekarang, di baca setiap hari dengan istiqomah , dengan niat keluar dari kesempitan, diangkat kesusahan, bala bencana, kegundahan dan segala musibah, serta di qabulkan segala hajat.
*1. Membaca
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ ﻭَﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇﻻَّ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪ ﺍﻟﻌَﻠِﻲِّ ﺍﻟﻌَﻈِﻴﻢِ ﻟَﺎ ﻣَﻠْﺠَﺄَ ﻭﻟَﺎ ﻣَﻨْﺠَﻰ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ 100 x
"Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang maha Tinggi dan maha Agung, tiada perlindungan dan pertolongan dari (siksa ) Allah kecuali hanya kepada-Nya"
*2. Membaca
ayat*
ﺍَﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻗَﺪْ ﺟَﻤَﻌُﻮﺍ ﻟَﻜُﻢْ ﻓَﺎﺧْﺸَﻮْﻫُﻢْ ﻓَﺰَﺍﺩَﻫُﻢْ ﺇِﻳﻤَﺎﻧًﺎ ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻮَﻛِﻴﻞ
Dengan mengulangi
ﺣﺴﺒﻨﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﻌﻢ ﺍﻟﻮﻛﻴﻞ
sebanyak 70 x atau 450 ketika sangat susahnya masalah)
*kemudian baca ayat
ﻓَﺎﻧﻘَﻠَﺒُﻮﺍ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺔٍ ﻣِّﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻓَﻀْﻞٍ ﻟَّﻢْ ﻳَﻤْﺴَﺴْﻬُﻢْ ﺳُﻮﺀٌ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﺍ ﺭِﺿْﻮَﺍﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ۗ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺫُﻭ ﻓَﻀْﻞٍ ﻋَﻈِﻴﻢٍ
*3. Membaca ayat
ﻭَﺫَﺍ ﺍﻟﻨُّﻮﻥِ ﺇِﺫْ ﺫَّﻫَﺐَ ﻣُﻐَﺎﺿِﺒًﺎ ﻓَﻈَﻦَّ ﺃَﻥْ ﻟَّﻦْ ﻧَّﻘْﺪِﺭَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓَﻨَﺎﺩَﻯٰ ﻓِﻲ ﺍﻟﻈُّﻠُﻤَﺎﺕِ ﺃَﻥ ﻟَّﺎ ﺇِﻟَٰﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧﺖَ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺇِﻧِّﻲ ﻛُﻨﺖُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ
(Ulangi bacaan
ﻟَّﺎ ﺇِﻟَٰﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧﺖَ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺇِﻧِّﻲ ﻛُﻨﺖُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ
sebanyak 40x)
*4. Baca dzikir ini sebanyak-banyaknya.*
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Ibn Abbas Ra, bahwasanya Rasululloh Saw membaca dzikir ini ketika dalam kesusahan :
ﻻَ ﺇِﻟٰﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍْﻟَﻌَﻈِﻴﻢُ ﺍﻟْﺤَﻠِﻴﻢُ ﻻَ ﺇِﻟٰﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺭَﺏُّ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴﻢِ ﻻَ ﺇِﻟٰﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺭَﺏُّ ﺍﻟﺴَّﻤٰﻮَﺍﺕِ ﺍﻟﺴَّﺒْﻊِ ﻭَﺭَﺏُّ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﻭَﺭَﺏُّ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳﻢِ
Bacalah sebanyak banyaknya!

jika seorang anak di abaikan (tidak diajarkan ilmu dan adab)
ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﻔﻌﻨﺎ ﺑﻪ : ﺍﻟﺼﺒﻲ ﺇﺫﺍ ﺃُﻫْﻤِﻞ ﻓﻲ ﺍﺑﺘﺪﺍﺀ ﻧﺸﻮﺋﻪ ﺧﺮﺝ ﻓﻲ ﺍﻷﻏﻠﺐ ﺭﺩﻱﺀ ﺍﻷﺧﻼﻕ ﻛﺬﺍﺑﺎ ﺣﺴﻮﺩﺍ ﺳﺮﻭﻗﺎ ﻧﻤﺎﻣﺎ، ﺫﺍ ﻓﻀﻮﻝ ﻭﺿﺤﻚ ﻭﻣﺠﺎﻧﺔ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﺤﻔﻆ ﻋﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﺫﻟﻚ ﺑﺤﺴﻦ ﺍﻟﺘﺄﺩﻳﺐ Al-imam Al-ghazali rahimahullah berkata: jika seorang anak di abaikan (tidak diajarkan ilmu dan adab) dari awal masa pertumbuhan nya maka pada umumnya dia akan besar dalam akhlak yang buruk, pendusta, bersikap hasud, suka mencuri, suka mengadu domba, bersikap penuh kecurigaan, banyak tertawa, dan bersikap seperti orang gila, Hal yang dapat menjaganya dari semua itu hanyalah dengan pendidikan adab yang baik. Abu haniyyah.
Alhabib Agil bin Mukhsin Alattas ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻋﻘﻴﻞ ﺑﻦ ﻣﺤﺴﻦ ﺍﻟﻌﻄﺎﺱ
ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﻔﻌﻨﺎ ﺑﻪ : ﺍﻟﺼﺒﻲ ﺇﺫﺍ ﺃُﻫْﻤِﻞ ﻓﻲ ﺍﺑﺘﺪﺍﺀ ﻧﺸﻮﺋﻪ ﺧﺮﺝ ﻓﻲ ﺍﻷﻏﻠﺐ ﺭﺩﻱﺀ ﺍﻷﺧﻼﻕ ﻛﺬﺍﺑﺎ ﺣﺴﻮﺩﺍ ﺳﺮﻭﻗﺎ ﻧﻤﺎﻣﺎ، ﺫﺍ ﻓﻀﻮﻝ ﻭﺿﺤﻚ ﻭﻣﺠﺎﻧﺔ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﺤﻔﻆ ﻋﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﺫﻟﻚ ﺑﺤﺴﻦ ﺍﻟﺘﺄﺩﻳﺐ
Al-imam Al-ghazali rahimahullah berkata: jika seorang anak di abaikan (tidak diajarkan ilmu dan adab) dari awal masa pertumbuhan nya maka pada umumnya dia akan besar dalam akhlak yang buruk, pendusta, bersikap hasud, suka mencuri, suka mengadu domba, bersikap penuh kecurigaan, banyak tertawa, dan bersikap seperti orang gila ,
Hal yang dapat menjaganya dari semua itu hanyalah dengan pendidikan adab yang baik.
Abu haniyyah

Kisah seorang Yahudi yang menyayat hati
Kisah seorang Yahudi yang menyayat hati
Abdullah bin Abbas berkata :
Ada seorang yahudi di syam membaca taurat di hari sabtu, ia menghamparkan lembaran-lembaran taurat di hadapannya, kemudian memperhatikan sengan seksama. Maka ia menemukan sifat Rasulullah SAW dan karakternya di empat tempat, ia kemudian memotong empat lembaran tersebut dan membakarnya.
Kemudian di sabtu berikutnya, ia menemukan sifat dan karakter Rasulullah di delapan tempat, ia memotongnya dan membakarnya.
Di sabtu berikutnya ia menemukan sifat dan karakter Rasulullah di duabelas tempat. Ia kemudian berpikir dan berkata : Jika aku memotongnya lagi maka seluruh taurat akan berbicara tentang sifatnya.
Ia bertanya kepada sahabat-sahabatnya. Mereka menjawab : “Ia pendusta, lebih baik kamu tidak melihatnya, dan dia tidak melihatmu.
Ia berkata : “Demi kebenaran yang ada pada taurat Musa, janganlah kalian mencegahku mengunjunginya”. Maka merekapun mengizinkannya. Maka ia mengendarai kendaraannya dan berjalan malam dan siang.
Ketika ia sampai Madinah, orang yang pertama menyambutnya adalah Salman. Wajah Salman sangat tampan rupawan. Ia mengira bahwa Salman adalah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia sampai Medinah itu selang tiga hari sesudah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.
Ditanya tentang nabi Muhammad Salman menangis, Salman menjawab : “aku adalah budaknya”
Lelaki Yahudi itu bertanya : “dimanakah ia?”
Salman berpikir keras, dan berkata dalam hatinya “jika aku mengatakan nabi Muhammad telah wafat, maka ia akan pulang, dan jika aku berkata nabi Muhammad hidup maka aku berdusta”
Salman lalu berkata padanya : “Marilah kita mengunjungi para sahabatnya”
Ia pun memasuki Mesjid, dan sahabat-sahabat Rasulullah saat itu sedang diliputi kesedihan mendalam.
Orang Yahudi itu berkata “Salam sejahtera untukmu wahai Muhammad”, ia mengira bahwa nabi Muhammad ada bersama para sahabatnya.
Maka pecahlah tangisan dan suara tangisan para sahabat itu bagai gelombang. Mereka berkata : “siapakah kamu?, engkau telah membuka kembali luka dan duka mendalam dihati kami, pastinya engkau orang asing, apakah engkau tidak tahu bahwasanya Rasulullah telah wafat tiga hari yang lalu?”
Orang yahudi itu berteriak keras :
“betapa sedihnya aku !
“Betapa sia-sianya perjalananku!
Seandainya ibuku tak pernah melahirkanku,
sekiranya kalau pun ibuku melahirkanku maka aku tak pernah membaca taurat,
Sekiranya kalaupun aku membaca taurat aku tidak menemukan sifat nabi Muhammad,
sekiranya sekiranya aku menemukan sifat nabi Muhammad maka aku sempat melihatnya.
Ali kemudian berkata : “kemarilah, katakanlah padaku sifat-sifatnya, Yahudi berkata : baiklah.
Yahudi berkata : siapa namamu?
Ali berkata : Ali
Yahudi berkata : sesungguhnya aku menemukan namamu dalam taurat
Ali berkata : sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah tinggi dan tidak pendek, kepalanya bulat dan keningnya jelas, bola matanya hitam, alisnya tebal hitam, kedua alisnya berjarak, Jika tertawa cahaya keluar dari giginya, rambutnya tebal, telapak tangan dan kakinya kuat, tulang-tulangnya besar, diantara dua pundaknya terdapat cap kenabian.
Yahudi berkata : engkau benar wahai Ali, demikianlah sifat-sifat fisiknya didalam taurat. Apakah tersisa darinya pakaian, sehingga aku dapat mencium aroma tubuhnya.
Ali berkata : ya, lalu berkata : “wahai Salman pergilah kepada Fathimah, dan katakan padanya : kirimlah padaku jubah ayahmu Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam.
Salman kemudian mendatangi pintu Fathimah, dan berkata : “wahai pintu kebaikan, wahai pintu perhiasan para wali Allah, dan saat itu Hasan dan Husein sedang menangis. Salman kemudian mengetuk pintu.
Fathimah kemudian berkata : “siapakah yang mengetuk pintu anak yatim?”
Salman berkata : saya Salman
Kemudian Salman mengabarkan kepada Fathimah apa yang diminta Ali, Fathimah kemudian menangis.
Fathimah berkata : siapakah yang sanggup memakai jubah ayahku?
Kemudian Salman menceritakan apa yang terjadi, maka Fathimahpun mengeluarkan pakaian jubah yang telah ditambal 7 kali dengan serat.
Salman mengambilnya dan menciumnya, demikian pula para sahabat, dan orang Yahudi itu kemudian mengambilnya dan menciumnya.
Orang Yahudi berkata : betapa sedap baunya kemudian berdiri menuju makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ia kemudian menengadahkan kepalanya ke langit dan berkata :
Aku bersaksi wahai Tuhanku, bahwasanya Engkau satu yang Esa, satu tempat bergantung. Aku bersaksi bahwasanya penghuni makam ini adalah utusanMu, orang yang Engkau cintai, dan aku mengimaninya.
Ia berkata : “wahai Allah sekiranya engkau menerima keislamanku, maka cabutlah nyawaku sekarang”
Orang yahudi itupun tersungkur wafat. Ali kemudian memandikannya dan menguburkannya di Baqi.
Semoga Allah menyayanginya dan membangkitkan kita semua sebagai kelompok orang-orang shalih.
Sumber : Ya Rasulallah ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ

IBRAHIM BIN AD-HAM RAJA TANPA TAHTA
IBRAHIM BIN AD-HAM RAJA TANPA TAHTA
Oleh: ﺣﺒﻴﺐ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﻌﻄﺎﺱ
Di atas jalan yang tak berujung, di bawah langit yang tak bertepi. Lelaki gagah berani itu memulai pengembaraannya, memasuki labirin kehidupan demi setitik asa, mengharap ampunanNya, mengharap keridhoaanNya. Buliran air mata bagai permata putih, satu persatu berjatuhan, dengan segenap rasa di jiwa, dengan setumpuk dosa yang melekat di dada, mengalir membasahi setiap langkah-langkahnya yang tak pernah lelah. Rangkaian doa-doa itu dibacanya dengan penuh kedalaman jiwa.
Ia seorang pangeran yang meninggalkan kerajaannya dan berkelana untuk menjalani kehidupan barunya dalam kesahajaan. Ia memperoleh makanannya di Suriah dari hasil kerja keras yang jujur hingga wafatnya pada tahun 165 H/782 M. Sejumlah catatan menyatakan bahwa ia syahid dalam sebuah ekspedisi laut menaklukkan Byzantium.
Awalnya, dia adalah seorang Raja Besar, ‘Jihan Padishah’. Padishah, salah satu Sultan terkaya dan seluruh dunia berada di bawah kekuasaannya. Sebagaimana umumnya kehidupan para raja, dia pun bergelimang kemewahan. Hidup dalam istana megah berhias permata, emas, dan perak. Setiap kali keluar istana ia selalu dikawal 80 orang pengawal yang selalu mengiringi di depan dan di belakangnya. Untuk menjaga kawanan dombanya saja, dia menempatkan 12.000 ekor anjing dan setiap ekor anjing disematkan satu kalung emas! Jadi bisa dibayangkan berapa banyak kawanan domba yang dia miliki? Dan dia juga memiliki ketertarikan lain sebagai hobbinya yaitu berburu.Malam kian larut di kota Arkian persis pada pergantian bulan. Di langit tidak tampak sepotong bulan. Hanya ada kerlipan bintang yang menyebar. Dingin tak jua menepi, sementara rasa kantuk menguasai seluruh penduduk kota tidak terkecuali penghuni istana. Namun tiba-tiba suara gaduh memecah kesunyian menyusul suara orang berlari terbirit-birit di atas kubah istana.
Istana megah yang dihuni seorang Sultan di negeri Balkh itu, heboh! Ibrahim bin Adham mendengar di atas loteng kamarnya ada seseorang yang reseh mencari sesuatu. Aksi orang itu terbilang nekat karena istana dalam pengawalan yang ketat. Tidak kurang dari 80 orang pengawal, 40 orang berada di depan dan 40 orang berada di belakang, semua lengkap dengan pedang yang terbuat dari baja yang berlapis emas.
Ibrahim pun menegur orang yang berani mengganggu keasyikan tidurnya itu. Sebagai seorang raja muda, ia sangat terganggu oleh suara berisik itu, maka secara spontan ia berteriak, ”Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Ibrahim bin Adham. Sang pengganggu menjawab enteng, ”Sedang mencari ontaku yang hilang!” Mendengar jawaban itu, nyaris Ibrahim bin Adham naik pitam. ”Bodoh, di mana akalmu?” katanya membentak. ”Mana mungkin kau menemukan onta di atas loteng.”
Tanpa diduga sang pengganggu menjawab lebih seenaknya: ”Begitu juga kau, mana mungkin engkau menemukan Tuhan di istana dengan berpakaian sutera dan tidur di alas tilam emas!”
Mendengar jawaban singkat yang amat tenang itu, Ibrahim bin Adham kemudian terdiam. Kata-kata asing dari langit-langit istananya itu sungguh menyentuh nuraninya; suaranya mantap, kalimatnya jelas dan logikanya sangat kuat, sehingga keseluruhan kata-kata itu menjadi sangat berwibawa dan menggelitik jiwanya. Kata-kata ini sangat menggetarkan hati Ibrahim. Kejadian itu membuatnya sangat gelisah dan tidak dapat meneruskan tidurnya hingga fajar datang.
Seperti kebiasaannya, menjelang siang Ibrahim berada di atas singgasananya untuk mendengar pengaduan dan masalah rakyat jelata. Tetapi hari itu keadaannya berlainan, dirinya gelisah dan banyak termenung. Para menteri kerajaan berdiri di tempat mereka masing-masing; budak-budaknya berdiri berjajar berhimpitan. Semua warga istana hadir.
Tiba-tiba, seorang lelaki dengan raut wajah yang sangat buruk memasuki ruangan, sangat buruk untuk dilihat sehingga tak ada seorang pun dari para pejabat dan pelayan kerajaan yang berani menanyakan namanya; lidah-lidah mereka tertahan di tenggorokan. Lelaki ini mendekat dengan khidmat ke singgasana.
“Apa maumu” tanya Ibrahim.
“Aku baru saja tiba di penginapan ini,” ujar lelaki itu.
“Ini bukan penginapan. Ini istanaku. Kau gila,” teriak Ibrahim.
“Siapa yang memiliki istana ini sebelummu?” tanya lelaki itu.
“Ayahku,” jawab Ibrahim.
“Dan sebelumnya?”
“Kakekku?”
“Dan sebelumnya?”
“Buyutku.”
“Dan sebelumnya?”
“Ayah dari buyutku.”
“Ke mana mereka semua pergi?” tanya lelaki itu.
“Mereka telah tiada. Mereka telah meninggal dunia,” jawab Ibrahim.
“Lalu, apa lagi namanya tempat ini kalau bukan penginapan, di mana seseorang masuk dan yang lainnya pergi?”
Setelah berkata begitu, lelaki asing itu pun menghilang. Ia adalah Nabi Khidhr as. Api berkobar semakin dahsyat di dalam jiwa Ibrahim, dan seketika kesedihan menatap dalam hatinya.
Kedua kejadian itu, di malam dan siang hari, sama-sama misterius dan tidak dapat dijelaskan oleh akal. Karena tidak menemukan jawabannya, sementara kegelisahan hatinya semakin berkecamuk, ia mengajak prajuritnya untuk berburu ke hutan, dengan harapan beban di kepalanya sedikit berkurang. Akhirnya Ibrahim berkata, “Pasang pelana kudaku. Aku akan pergi berburu. Aku tidak tahu apa yang telah kualami hari ini. Ya Tuhan, bagaimana ini akan berakhir?”
Ibrahim bin Adham ( ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﺍﺩﮬﻢ ) dan rombongan terus melintasi padang pasir yang luas sejauh mata memandang. Dia memacu kudanya dengan cepat sehingga sepertinya ia tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Dalam keadaan bingung, ia terpisah dari para Pengawalnya. Dalam mencari jalan keluar dia melihat seekor rusa. Ibrahim segera memburu rusa itu. Belum sempat berbuat apa-apa rusa itu berbicara kepadanya:
“Ibrahim, kamu tidak diciptakan untuk bersenang-senang Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami (untuk diadili)?(Al Qur’an Surat Al-Mu’minun 23:115). Takutlah pada Allah dan persiapkan dirimu untuk menghadapi kematian.”
Ibrahim yang masih dalam ketakutan itu tiba-tiba terkejut dengan kata-kata itu. Dia langsung sadar dan berfikir selama ini untuk apa dirinya diciptakan Allah ke dunia. Sekarang keyakinan serta keimanannya telah tertanam di dalam dadanya. Seluruh pakaian dan tubuh kudanya basah oleh cucuran air mata penyesalannya selama ini. Dengan sepenuh hati Ibrahim bertaubat kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Dalam keadaan panas terik itu, Ibrahim melepaskan kudanya dan memutuskan untuk berjalan kaki. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan seorang penggembala yang sedang menjaga sekumpulan kambing-kambingnya. Gembala itu mengenakan pakaian dan penutup kepala yang terbuat dari bulu hewan. Ibrahim melihat lebih dekat, dan menyadari bahwa gembala itu adalah budaknya.
Tanpa pikir panjang Ibrahim menanggalkan apa yang selama ini dikenakannya dan memberikan kepada gembala itu, berupa jubah yang bersulam emas dan mahkota yang bertahtakan permata, sekaligus dengan domba-dombanya. Sedangkan Ibrahim berganti mengenakan pakaian kasar dan penutup kepala budak itu. Dan tanpa riskan Ibrahim sendiri mengenakan pakaian yang sehari-harinya dikenakan si penggembala kambing itu.
Ibrahim bin Adham meninggalkan kerajaan beserta istananya yang mewah karena rasa bersalah dan malu menyadari masih ada rakyatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan, namun pencerahan itu membuat ia menikmati manisnya iman walau pakaiannya kini adalah kulit domba alih-alih sutra China, tidurnya kini berbantalkan akar pohon yang tak lagi bulu angsa berlapis beludru. Begitulah Ibrahim menukar kerajaan beserta isinya untuk sebuah kenikmatan iman.
Dengan berjalan kaki Ibrahim mengembara melintasi gunung dan menyusuri padang pasir yang luas sambil mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Akhirnya sampailah dia di sebuah gua. Ibrahim yang dulunya seorang raja yang hebat akhirnya menyendiri dan berkhalwat di dalam gua selama sembilan tahun.
Selama di dalam gua itulah Ibrahim betul-betul mengabdikan dirinya kepada Allah Subhanahu wata’ala. Setiap hari Kamis dia pergi ke kota Nishafur untuk menjual kayubakar. Setelah shalat Jumat Ibrahim pergi membeli roti dengan uang yang diperolehnya tadi. Roti itu separuh diberikan kepada pengemis dan separuh lagi untuk berbuka puasa. Demikianlah yang dilakukannya setiap minggu.
Akhirnya Ibrahim memutusan untuk keluar dari gua tersebut dan mengembara lagi melintasi padang pasir yang luas itu. Dia tidak tahu lagi ke mana hendak dituju. Setiap kali berhenti di sebuah perkampungan, dikumpulkanlah orang-orang setempat untuk memberitahu betapa kebesaran Allah terhadap hambaNya dan azab yang akan diterima oleh siapapun yang mengingkarinya. Justeru itu banyaklah orang yang akrab dengannya bahkan ada yang menjadi muridnya.
Pengembaraan melintas padang pasir itu dilakukannya empat belas tahun lamanya. Selama itu pula dia berdoa dan merendahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wata’ala. Nama Ibrahim mulai disebut-sebut orang; dari seorang raja berubah menjadi seorang ahli sufi yang rendah hati.
Pernah dalam perjalanannya dia diuji. Disebabkan kewara’annya itu ada seorang kaya raya datang menemuinya untuk mengambil tabarruk atas dirinya dengan memberi sejumlah uang yang sangat banyak. “Terimalah uang ini, semoga berkah”, katanya kepada Ibrahim.
“Aku tidak mau menerima sesuatupun dari pengemis”, jawab Ibrahim.
“Tetapi aku adalah seorang yang kaya raya”, sergah orang kaya itu.
“Apakah engkau masih menginginkan kekayaan yang lebih besar dari apa yang telah engkau miliki sekarang ini?” tanya Ibrahim.
“Ya, kenapa tidak?” Jawabnya ringkas.
“Simpanlah uang ini kembali, bagiku engkau tidak lebih dari ketua para pengemis. Bahkan engkau bukan seorang pengemis lagi tetapi seorang yang sangat fakir dan peminta-minta.” Tegur Ibrahim.
Kata-kata Ibrahim itu membuat orang kaya itu tersentak seketika. Penolakan pemberiannya oleh Ibrahim disertai dengan kata-kata yang sinis lagi pedas itu turut meninggalkan kesan yang mendalam kepada dirinya. Dengan peristiwa tersebut orang kaya itu bersyukur kepada Allah karena pertemuan dengan Ibrahim itu membuat dirinya sadar akan tipu daya dunia ini. Merasa lalai dengan nafsu yang tidak pernah cukup dari apa yang perolehnya selama ini.
Suatu ketika Ibrahim bin Adham sedang menjahit jubah buruknya di tepi sungai Tigris kemudian dia ditanya oleh sahabatnya, “Engkau telah meninggalkan kemewahan istana dari kerajaanmu yang besar. Tetapi apakah yang engkau dapatkan dari semua yang engkau jalani selama ini?”
Disebabkan pertanyaan yang tidak disangka-sangka itu keluar dari mulut sahabatnya sendiri maka dengan tiba-tiba jarum di tangannya terjatuh ke dalam sungai itu. Sambil menunjuk jarinya ke sungai, Ibrahim berkata, “Kembalikanlah jarumku!”
Tiba-tiba seribu ekor ikan mendongakkan kepalanya ke permukaan air. Masing-masing ikan itu membawa sebatang jarum emas di mulutnya. Ibrahim berkata: “Aku inginkan jarumku sendiri.”
Seekor ikan kecil yang lemah datang mengantarkan jarum besi kepunyaan Ibrahim di mulutnya.
“Jarum ini adalah salah satu di antara imbalan-imbalan yang aku peroleh, karena meninggalkan kerajaan Balkh. Sedangkan yang lainnya belum tentu untuk kita, semoga engkau mengerti.” Kata Ibrahim Adham dengan penuh kiasan.
Ibrahim bin Adham terkenal juga memiliki semangat ukhuwah yang tinggi. Hal ini dinyatakan oleh Sahl bin Ibrahim sebagai pernah mengatakan, “Aku berteman dengan Ibrahim bin Adham, lantas aku sakit. Ia memberikan nafkahnya untuk diriku. Suatu saat aku ingin sekali akan sesuatu, lantas Ibrahim menjual kudanya, dan uangnya diberikan kepadaku. Ketika aku ingin minta penjelasan, ‘Hai Ibrahim, mana kudanya?’ Ia menjawab, ‘Sudah kujual!’ Kukatakan, “Lantas aku naik apa?’ Dijawabnya, ‘Saudaraku, engkau naik di atas leherku.’ Dan benar, sepanjang tiga pos ia menggendongku.”
Pada kesempatan lain Ibrahim bin Adham ditemui oleh khalifah pada masa itu. Khalifah tertarik untuk bertemu dengan Ibrahim bin Adham, karena ketakwaannya. Untuk menguji kebenaran berita itu, Sang Amir (khalifah) menemui Ibrahim bin Adham di masjid.
“Ya Ibrahim, kau kenal aku kan? Aku seorang Amir, apa yang ingin kau minta dariku?” Khalifah membujuk
“Bagaimana aku berani meminta kepadamu, aku malu meminta kepadamu, karena aku sedang berada di rumahNya.” Ibrahim mencoba mengelak.
Sesaat ketika khalifah dan Ibrahim berada di luar masjid, khalifah mengulangi lagi permintaannya,”Nah Ibrahim, sekarang kita telah berada di luar rumah Allah, apa yang ingin kau minta dariku?”
“Aku boleh meminta kepadamu tentang dunia atau akhirat?” pinta Ibrahim
“Tentunya dunia wahai Ibrahim, karena aku tak memiliki akhirat.” Khalifah terperangah atas permintaan Ibrahim.
Ibrahim berpikir sejenak, lalu merespon permintaan khalifah, yang akan mencerminkan ketakwaannya.
“Maaf tuan, kepada yang “Maha Memiliki” dunia saja aku takut untuk meminta dunia, bagaimana aku minta dunia, kepada yang “tak memiliki” dunia??”
Begitulah kehidupan Abu Ishaq–nama panggilannya–Kakeknya dahulu adalah penguasa Khurasan, dan ayahnya pernah menjadi salah satu dari raja Khurasan. Otomatis, Ibrahim mewarisi kerajaan itu. Dia pun seorang Tabi’in yang terkenal. Dia pernah bertemu dengan beberapa dari sahabat Rasulullah SAW dan meriwayatkan hadits-hadits setelah mereka. Dia sangat lancar berbahasa Arab fushkhah. Nama lengkapnya Abu Ishaq Ibrahim bin Adham bin Mansur bin Yazid bin Jabir Al-Ajly At-Tamimi. Ia mewarisi kekayaan dan hidup di dalam kemewahan, tetapi akhirnya berkelana selama dua puluh tahun, kemudian dikenal sebagai ulama besar yang bermukim di Makkah, menjadi murid Sufyan ats-Tsaury dan al Fudhail bin ‘Iyadh.
Imam Junayd al Baghdadi ra berkata tentangnya, “Ibrahim adalah kunci ilmu pengetahuan” dan dia sangat dihormati, oleh semua orang yang memiliki ilmu pengetahuan, untuk kehidupannya yang patut dicontoh dan ketajaman kebijakannya kepada seluruh manusia”.
Ibrahim bin Adham meninggal di salah satu pulau yang terletak di laut Mediterania dalam sebuah ekspedisi jihad menaklukkan Byzantium. Diriwayatkan pada malam sebelum wafatnya, beliau pergi ke kamar kecil sebanyak dua puluh kali. Dia juga selalu memperbaharui wudhunya setiap selesai berhajat karena ketika itu ia sedang menderita sakit perut. Kemudian, ketika sedang sakaratul maut, Ibrahim berkata, “Berikan aku panah!,” Para sahabatnya lantas memberi Ibrahim panah, kemudian ia memegang panah tersebut namun saat bersamaan datanglah malaikat Izrail menjemput sedang dia ingin melemparkan panah itu ke pihak musuh.
Dengan begitu, beliau meninggal sebagai syuhada karena sakit perut saat sedang berjihad bersama para tentara lainnya di jalan Allah. Allah swt merahmati hamba shaleh ini yang telah menyiapkan kematiannya dengan sebaik-baiknya maka ketika kematian menjemputnya ia pun menyambutnya dengan hati gembira karena ingin bertemu dengan Tuhannya. Semoga Allah merahmati dan memuliakan kedudukannya. Wallahu a’lam
(Al Mihrab)

PERBEDAAN ANTARA TAHLILAN , MA'TAM dan NIYAAHAH
PERBEDAAN ANTARA TAHLILAN , MA'TAM dan NIYAAHAH ============================================== Assalaamu'alaikum warohmatullohi wa barokaatuhu, . Setelah saya sering melakukan diskusi dg beberapa teman yg anti terhadap kegiatan amaliah TAHLILAN, ternyata titik perbedaan atau perselisihannya berawal dari minimnya kemampuan mereka dlm memahami perbedaan antara TAHLILAN, MA'TAMdan NIYAAHAH, Mayoritas dari mereka masih sering mencampur adukkan bahkan menganggap kalau semua itulah yg disebut dg TAHLILAN. Padahal dari ke tiga istilah tsb sangat berbeda jauh pengertiannya antara yg satu dengan lainnya. Demi untuk meminimalisir kesalah fahaman dalam memaknai atau memahami beberapa istilah tsb, pada kesempatan kali ini saya akan mencoba untuk menjabarkannya secara ringkas maksud serta makna dari ke tiga istilah tsb. . TAHLILAN ======== TAHLILAN adalah nama dari suatu kegiatan yg berisi bacaan ayat ayat Al-Qur'an, bacaan Dzikir LAA ILAAHA ILLALLOH, bacaan Istighfar, bacaan Tasbih, bacaan Sholawat dan doa yg dilakukan baik secara berjama'ah ataupun sendiri sendiri, baik ketika ada seorang muslim yg meninggal dunia ataupun tidak . Yg dibaca ketika TAHLILAN di antaranya: 1. Membaca Surat Al-Fatihah 2. Membaca Surat Yasin. 3. Membaca Surat Al-Ikhlash. 4. Membaca Surat Al-Falaq 5. Membaca Surat An-Naas 6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5 7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163 8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi) 9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampai akhir Surat. 10. Membaca Istighfar : ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢَ 11 . Membaca Tahlil : ﻻَ ﺍِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ 12. Membaca Takbir : ﺍَﻟﻠﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ 13 . Membaca Tasbih : ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ 14 . Membaca Tahmid : ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟﻠﻪِ 15 . Membaca shalawat Nabi. 16. Membaca Asma'ul Husna. 17. Membaca do'a. . Imam an-Nawawi rahimahullah : ﻓﺮﻉ : ﻻ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﻓﻲ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻣﺠﺘﻤﻌﻴﻦ ﺑﻞ ﻫﻲ ﻣﺴﺘﺤﺒﺔ "Sebuah cabang : tidak dihukumi makruh pada pembacaan Qur’an secara berkumpul (berhimpun) bahkan itu mustahabbah (sunnah)” (Al-Majmu’ syarah al-Muhadzdzab lil-Imam an-Nawawi ) . Hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam : ﻟَﺎ ﻳَﻘْﻌُﺪُ ﻗَﻮْﻡٌ ﻳَﺬْﻛُﺮُﻭﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ، ﺇِﻟَّﺎ ﺣَﻔَّﺘْﻬُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔُ، ﻭَﻏَﺸِﻴَﺘْﻬُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔُ، ﻭَﻧَﺰَﻟَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢُ ﺍﻟﺴَّﻜِﻴﻨَﺔُ “Tidaklah sebuah qaum (perkumpulan) duduk berdzikir kepada Allah, melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, mereka diliputi oleh rahmat serta turun atas mereka ketetapan hati” . .Hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam : ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﻋﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻴﺖﺑﻘﺮﺍﺀﺓ ﻭﺫﻛﺮﺍﺳﺘﻮﺟﺐﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻰ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺉ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ )) Barang siapa menolong mayyit dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan dzikir, maka Alloh memastikan surga baginya.” (HR. ad-Darimy dan Nasa’I dari Ibnu Abbas) ﻭﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﺗﺼﺪﻗﻮﺍﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻭﻟﻮﺑﺸﺮﺑﺔ ﻣﺎﺀﻓﺎﻥ ﻟﻢ ﺗﻘﺪﺭﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻓﺒﺄﻳﺔ ﻣﻦ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﺎﻥ ﻟﻢ ﺗﻌﻠﻤﻮﺍﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺀﺍﻥ ﻓﺎﺩﻋﻮ ﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﻤﻐﻔﺮﺓ ﻭﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﺍﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻋﺪﻛﻢ ﺍﻹﺟﺎﺑﺔ Bersedekahlah kalian untuk diri kalian dan orang-orang yang telah mati dari keluarga kalian walau hanya air seteguk. Jika kalian tak mampu dengan itu, bersedekahlah dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Jika kalian tidak mengerti Al-Qur’an, berdo’alah untuk mereka dengan memintakan ampunan dan rahmat. Sungguh, ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ telah berjanji akan mengabulkan do’a kalian.” (Tankihul Qoul hlm:28) . NIYAAHAH: ========= Menurut Imam Nawawi adalah : "ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﻴﺎﺣﺔ : ﺭﻓﻊ ﺍﻟﺼﻮﺕ ﺑﺎﻟﻨﺪﺏ، ﻭﺍﻟﻨﺪﺏ : ﺗﻌﺪﻳﺪ ﺍﻟﻨﺎﺩﺑﺔ ﺑﺼﻮﺗﻬﺎ ﻣﺤﺎﺳﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ، ﻭﻗﻴﻞ : ﻫﻮ ﺍﻟﺒﻜﺎﺀ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻊ ﺗﻌﺪﻳﺪ ﻣﺤﺎﺳﻨﻪ . ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ : ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺭﻓﻊ ﺍﻟﺼﻮﺕ ﺑﺈﻓﺮﺍﻁ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻜﺎﺀ . ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺒﻜﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻧﺪﺏ ﻭﻻ ﻧﻴﺎﺣﺔ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﺤﺮﺍﻡ “Ketahuilah, sesungguhnya niyahah adalah menyaringkan suara dengan an-nadb, adapun an-Nadb sendiri adalah mengulang-ngulang meratapi dengan suara (atau menyebut berulang-ulang) tentang kebaikan mayyit. qiil (ulama juga ada yang mengatakan) bahwa niyahah adalah menangisi mayyit disertai menyebut-menyebut kebaikan mayyit”. Ashhab kami (ulama syafi’iyah kami) mengatakan : “haram menyaringkan suara dengan berlebih-lebihan dalam menangis”. Adapun menangisi mayyit tanpa menyebut-menyebut dan tanpa meratapinya maka itu tidak haram” (Al-Adzkar lil-Imam an-Nawawi [147) . Imam al-‘Imraniy didalam al-Bayan mengatakan : . ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺍﻟﻨﻮﺡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ، ﻭﺷﻖ ﺍﻟﺠﻴﻮﺏ، ﻭﻧﺸﺮ ﺍﻟﺸﻌﻮﺭ، ﻭﺧﻤﺶ ﺍﻟﻮﺟﻮﻩ . “Dan haram meratap atas orang mati, merobek-robek saku baju, menjambak-jambak rambut dan mencoreng-coreng wajah” (Al-Bayaan fiy Madzhab al-Imam asy-Syafi’i lil-Imam al-‘Imraniy) . Al-Imam Ar-Rafi’i didalam Fathul ‘Aziz : ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﻨﻴﺎﺣﺔ ﻭﺍﻟﺠﺰﻉ ﺑﻀﺮﺏ ﺍﻟﺨﺪ ﻭﺷﻖ ﺍﻟﺜﻮﺏ ﻭﻧﺸﺮ ﺍﻟﺸﻌﺮ ﻛﻞ ﺫﻟﻚ ﺣﺮﺍﻡ “demikian juga niyahah (meratap), mengeluh dengan memukul pipi, menyobek pakaian dan menjambak-jambak (mengacak-acak) rambut, semuaa itu haram”. (Fathul ‘Aziz) . Berdasarkan dari qoul para ulama tsb maka dapat kita fahami bahwa secara garis besar arti dari NIYAAHAH adalah MERATAP. Jadi Niyahah beda jauh dengan TAHLILAN dan Tahlilan itu bukan NIYAAHAH. . MA'TAM ====== Menurut Ibnu Barri: . ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺑﺮﻱ : ﻻ ﻳﻤﺘﻨﻊ ﺃﻥ ﻳﻘﻊ ﺍﻟﻤﺄﺗﻢ ﺑﻤﻌﻨﻰ ﺍﻟﻤﻨﺎﺣﺔ ﻭﺍﻟﺤﺰﻥ ﻭﺍﻟﻨﻮﺡ ﻭﺍﻟﺒﻜﺎﺀ ﻷﻥ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻟﺬﻟﻚ ﺍﺟﺘﻤﻌﻦ، ﻭﺍﻟﺤﺰﻥ ﻫﻮ ﺍﻟﺴﺒﺐ ﺍﻟﺠﺎﻣﻊ . “Ibnu Barri mengatakan : tidak bisa dihindari untuk memahami Ma’tam dengan pengertian perempuan-perempuan yang meratap, kesedihan, ratapan dan tangisan, karena semua inilah yang menyebabkan para perempuan berkumpul, dan kesedihan merupakan sebab adanya perkumpulan”. . Menurut Syaikhul Islam al-Imam Zakariyya al-Anshariy Asy-Syafi’i . ﺍﻟﻤﺄﺗﻢ : ﺑﺎﻟﻤﺜﻨﺎﺓ ﺃﻱ ﻓﻲ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺼﺎﺋﺐ . “Ma’tam adalah sebuah perkumpulan perempuan pada terjadinya mushibah”. (Al-Bayaan fiy Madzhab al-Imam asy-Syafi’i lil-Imam al-‘Imraniy) . Berdasarkan dari qoul para ulama tsb maka dapat kita fahami bahwa secara garis besar arti dari MA'TAM adalah suatau perkumpulan yg bertujuan utk melakukan Niyaahah atau Ratapan.. Jadi Ma'tam beda jauh dengan TAHLILAN dan Tahlilan itu bukan Ma'tam. .================ K E S I M P U L A N --------------------------- : 1. Ma'tam bukanlah Tahlilan, dan Tahlilan itu sendiri bukan Ma'tam. 2. Niyaahah bukanlah Tahlilan, dan Tahlilan itu sendiri bukan Niyaahah. 3. Tahlilan bukan termasuk dari Ma'tam dan NIYAAHAH, dan Niyaahah serta Ma;tam bukanlah Tahlilan.. Demikian. Semoga ada manfaatnya
Sumarsam
PERBEDAAN ANTARA TAHLILAN , MA'TAM dan NIYAAHAH
==============================
================
Assalaamu'alaikum warohmatullohi wa barokaatuhu,
.
Setelah saya sering melakukan diskusi dg beberapa teman yg anti terhadap kegiatan amaliah TAHLILAN, ternyata titik perbedaan atau perselisihannya berawal dari minimnya kemampuan mereka dlm memahami perbedaan antara TAHLILAN, MA'TAMdan NIYAAHAH,
Mayoritas dari mereka masih sering mencampur adukkan bahkan menganggap kalau semua itulah yg disebut dg TAHLILAN.
Padahal dari ke tiga istilah tsb sangat berbeda jauh pengertiannya antara yg satu dengan lainnya.
Demi untuk meminimalisir kesalah fahaman dalam memaknai atau memahami beberapa istilah tsb, pada kesempatan kali ini saya akan mencoba untuk menjabarkannya secara ringkas maksud serta makna dari ke tiga istilah tsb.
.
TAHLILAN
========
TAHLILAN adalah nama dari suatu kegiatan yg berisi bacaan ayat ayat Al-Qur'an, bacaan Dzikir LAA ILAAHA ILLALLOH, bacaan Istighfar, bacaan Tasbih, bacaan Sholawat dan doa yg dilakukan baik secara berjama'ah ataupun sendiri sendiri, baik ketika ada seorang muslim yg meninggal dunia ataupun tidak .
Yg dibaca ketika TAHLILAN di antaranya:
1. Membaca Surat Al-Fatihah
2. Membaca Surat Yasin.
3. Membaca Surat Al-Ikhlash.
4. Membaca Surat Al-Falaq
5. Membaca Surat An-Naas
6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi)
9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampai akhir Surat.
10. Membaca Istighfar : ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢَ
11. Membaca Tahlil : ﻻَ ﺍِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ
12. Membaca Takbir : ﺍَﻟﻠﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ
13. Membaca Tasbih : ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ
14. Membaca Tahmid : ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟﻠﻪِ
15. Membaca shalawat Nabi.
16. Membaca Asma'ul Husna.
17. Membaca do'a.
.
Imam an-Nawawi rahimahullah :
ﻓﺮﻉ : ﻻ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﻓﻲ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻣﺠﺘﻤﻌﻴﻦ ﺑﻞ ﻫﻲ ﻣﺴﺘﺤﺒﺔ
"Sebuah cabang : tidak dihukumi makruh pada pembacaan Qur’an secara berkumpul (berhimpun) bahkan itu mustahabbah (sunnah)”
(Al-Majmu’ syarah al-Muhadzdzab lil-Imam an-Nawawi )
.
Hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam :
ﻟَﺎ ﻳَﻘْﻌُﺪُ ﻗَﻮْﻡٌ ﻳَﺬْﻛُﺮُﻭﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ، ﺇِﻟَّﺎ ﺣَﻔَّﺘْﻬُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔُ، ﻭَﻏَﺸِﻴَﺘْﻬُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔُ، ﻭَﻧَﺰَﻟَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢُ ﺍﻟﺴَّﻜِﻴﻨَﺔُ
“Tidaklah sebuah qaum (perkumpulan) duduk berdzikir kepada Allah, melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, mereka diliputi oleh rahmat serta turun atas mereka ketetapan hati”
.
.Hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam :
ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﻋﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻴﺖﺑﻘﺮﺍﺀﺓ ﻭﺫﻛﺮﺍﺳﺘﻮﺟﺐﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ ﺍﻟﺠﻨﺔ
ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻰ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺉ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ))
Barang siapa menolong mayyit dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan dzikir, maka Alloh memastikan surga baginya.”
(HR. ad-Darimy dan Nasa’I dari Ibnu Abbas)
ﻭﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﺗﺼﺪﻗﻮﺍﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻭﻟﻮﺑﺸﺮﺑﺔ ﻣﺎﺀﻓﺎﻥ ﻟﻢ ﺗﻘﺪﺭﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻓﺒﺄﻳﺔ ﻣﻦ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﺎﻥ ﻟﻢ ﺗﻌﻠﻤﻮﺍﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺀﺍﻥ ﻓﺎﺩﻋﻮ ﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﻤﻐﻔﺮﺓ ﻭﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﺍﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻋﺪﻛﻢ ﺍﻹﺟﺎﺑﺔ
Bersedekahlah kalian untuk diri kalian dan orang-orang yang telah mati dari keluarga kalian walau hanya air seteguk. Jika kalian tak mampu dengan itu, bersedekahlah dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Jika kalian tidak mengerti Al-Qur’an, berdo’alah untuk mereka dengan memintakan ampunan dan rahmat. Sungguh, ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ telah berjanji akan mengabulkan do’a kalian.”
(Tankihul Qoul hlm:28)
.
NIYAAHAH:
=========
Menurut Imam Nawawi adalah :
" ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﻴﺎﺣﺔ : ﺭﻓﻊ ﺍﻟﺼﻮﺕ ﺑﺎﻟﻨﺪﺏ، ﻭﺍﻟﻨﺪﺏ : ﺗﻌﺪﻳﺪ ﺍﻟﻨﺎﺩﺑﺔ ﺑﺼﻮﺗﻬﺎ ﻣﺤﺎﺳﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ، ﻭﻗﻴﻞ : ﻫﻮ ﺍﻟﺒﻜﺎﺀ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻊ ﺗﻌﺪﻳﺪ ﻣﺤﺎﺳﻨﻪ . ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ : ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺭﻓﻊ ﺍﻟﺼﻮﺕ ﺑﺈﻓﺮﺍﻁ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻜﺎﺀ . ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺒﻜﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻧﺪﺏ ﻭﻻ ﻧﻴﺎﺣﺔ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﺤﺮﺍﻡ
“Ketahuilah, sesungguhnya niyahah adalah menyaringkan suara dengan an-nadb, adapun an-Nadb sendiri adalah mengulang-ngulang meratapi dengan suara (atau menyebut berulang-ulang) tentang kebaikan mayyit. qiil (ulama juga ada yang mengatakan) bahwa niyahah adalah menangisi mayyit disertai menyebut-menyebut kebaikan mayyit”. Ashhab kami (ulama syafi’iyah kami) mengatakan : “haram menyaringkan suara dengan berlebih-lebihan dalam menangis”. Adapun menangisi mayyit tanpa menyebut-menyebut dan tanpa meratapinya maka itu tidak haram”
(Al-Adzkar lil-Imam an-Nawawi [147)
.
Imam al-‘Imraniy didalam al-Bayan mengatakan :
.
ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺍﻟﻨﻮﺡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ، ﻭﺷﻖ ﺍﻟﺠﻴﻮﺏ، ﻭﻧﺸﺮ ﺍﻟﺸﻌﻮﺭ، ﻭﺧﻤﺶ ﺍﻟﻮﺟﻮﻩ
.
“Dan haram meratap atas orang mati, merobek-robek saku baju, menjambak-jambak rambut dan mencoreng-coreng wajah”
(Al-Bayaan fiy Madzhab al-Imam asy-Syafi’i lil-Imam al-‘Imraniy)
.
Al-Imam Ar-Rafi’i didalam Fathul ‘Aziz :
ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﻨﻴﺎﺣﺔ ﻭﺍﻟﺠﺰﻉ ﺑﻀﺮﺏ ﺍﻟﺨﺪ ﻭﺷﻖ ﺍﻟﺜﻮﺏ ﻭﻧﺸﺮ ﺍﻟﺸﻌﺮ ﻛﻞ ﺫﻟﻚ ﺣﺮﺍﻡ
“demikian juga niyahah (meratap), mengeluh dengan memukul pipi, menyobek pakaian dan menjambak-jambak (mengacak-acak) rambut, semuaa itu haram”.
(Fathul ‘Aziz)
.
Berdasarkan dari qoul para ulama tsb maka dapat kita fahami bahwa secara garis besar arti dari NIYAAHAH adalah MERATAP.
Jadi Niyahah beda jauh dengan TAHLILAN dan Tahlilan itu bukan NIYAAHAH.
.
MA'TAM
======
Menurut Ibnu Barri:
.
ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺑﺮﻱ : ﻻ ﻳﻤﺘﻨﻊ ﺃﻥ ﻳﻘﻊ ﺍﻟﻤﺄﺗﻢ ﺑﻤﻌﻨﻰ ﺍﻟﻤﻨﺎﺣﺔ ﻭﺍﻟﺤﺰﻥ ﻭﺍﻟﻨﻮﺡ ﻭﺍﻟﺒﻜﺎﺀ ﻷﻥ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻟﺬﻟﻚ ﺍﺟﺘﻤﻌﻦ، ﻭﺍﻟﺤﺰﻥ ﻫﻮ ﺍﻟﺴﺒﺐ ﺍﻟﺠﺎﻣﻊ
.
“Ibnu Barri mengatakan : tidak bisa dihindari untuk memahami Ma’tam dengan pengertian perempuan-perempuan yang meratap, kesedihan, ratapan dan tangisan, karena semua inilah yang menyebabkan para perempuan berkumpul, dan kesedihan merupakan sebab adanya perkumpulan”.
.
Menurut Syaikhul Islam al-Imam Zakariyya al-Anshariy Asy-Syafi’i
.
ﺍﻟﻤﺄﺗﻢ : ﺑﺎﻟﻤﺜﻨﺎﺓ ﺃﻱ ﻓﻲ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺼﺎﺋﺐ
.
“Ma’tam adalah sebuah perkumpulan perempuan pada terjadinya mushibah”.
(Al-Bayaan fiy Madzhab al-Imam asy-Syafi’i lil-Imam al-‘Imraniy)
.
Berdasarkan dari qoul para ulama tsb maka dapat kita fahami bahwa secara garis besar arti dari MA'TAM adalah suatau perkumpulan yg bertujuan utk melakukan Niyaahah atau Ratapan..
Jadi Ma'tam beda jauh dengan TAHLILAN dan Tahlilan itu bukan Ma'tam.
.================
K E S I M P U L A N
--------------------------- :
1. Ma'tam bukanlah Tahlilan, dan Tahlilan itu sendiri bukan Ma'tam.
2. Niyaahah bukanlah Tahlilan, dan Tahlilan itu sendiri bukan Niyaahah.
3. Tahlilan bukan termasuk dari Ma'tam dan NIYAAHAH, dan Niyaahah serta Ma;tam bukanlah Tahlilan..
Demikian.
Semoga ada manfaatnya

Kasih sayang ibu lebih besar daripada ayah
ROKOK ROTAMA
<a href="https://www.gardukita.com/reff/Ahmadsobari"><img src="https://www.gardukita.com/img/banner/160x600.gif...
-
Artikel Bahasa Sunda Tentang Agama "Kewajiban Berdo'a Kepada Allah" Replies: 0 By: Kustian Artikel bahasa sunda tentang...
-
PENYAKIT HATI DAN OBATNYA Replies: 0 By: penk syahid Hati bisa sakit sebagaimana halnya tubuh. Hal itu disebabkan ada unsur-unsur dan...
-
ARMINAREKA BEKASI Biro Perjalanan Umrah & Haji Plus Beranda ▼ Rabu, 25 September 2013 Nampi Panganten Versi 1 NAMPIKEUN PANGANTEN...